Skip to main content

Pengangguran Bukan Masalah


Banyak cara yang telah dilakukan untuk menangani jumlah pengangguran di Indonesia yang semakin hari akan terus bertambah. Cara-cara yang ditempuh antara lain dengan menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kualitas angkatan kerja, membina hubungan industrial, mengendalikan angkatan kerja serta mengadakan bursa kerja. Krisis yang melanda pada tahun 1998 menyebabkan banyak karyawan yang mengalami pengangguran setengah terbuka. Beberapa pekerjaan yang semestinya cukup dilakukan 2 orang, dikerjakan oleh tiga sampai empat orang untuk menghindari PHK. Pengangguran sangat terkait dengan masalah kemiskinan, entah sebagai sebab atau pun sebagai akibat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun nonmakanan. Jadi, kembali ke pemikiran yang paling mendasar, masalah pengangguran di Indonesia belum sampai pada tingkat problem, yang oleh para pakat disebut mystery (misteri). Pengangguran adalah persoalan bagaimana melihat masalah dan peluang yang ada serta persoalan prioritas dari langkah-langkah penanganannya. 
Kenapa belum sampai pada level problem yang disebut misteri? kalau kita lihat di kamus webster misalnya, yang disebut mystery itu adalah something not understood or beyond understanding. 
Pakar manajemen, seperti Dave Francis dan Mike Woodcock, dalam bukunya The Unblocked Manager (1982), menyimpulkan bahwa misteri itu adalah problem yang sebabnya misterius dan bentuk-bentuk solusinya pun misterius.

Pengangguran di Indonesia adalah akibat dari masalah itu sendiri. Pertanyaannya adalah, jika pengangguran itu bukan masalah, lalu apa yang menyebabkan masalah itu? pengangguran terjadi akibat mismanajemen (wrong management) dalam pengembangan human capital.
Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia, human capital akan menjadi aset bila arah pengembangannya di link-match-kan dengan keunggulan potensial  yang secara spiritual, tentu bukan sebuah kebetulan jika bangsa Indonesia dikelilingi sumber daya alam (SDA) yang melimpah dari Sabang hingga Merauke. 
Semua yang didesain tuhan, entah itu yang kelihatannya enak menurut kita atau sebaliknya, pasti mengandung petunjuk, pelajaran, atau hikmah dan rahasia tertentu yang membuat hidup menjadi semakin baik. Persoalannya adalah, itu semua tidak akan tampak kalau kita tidak mau membaca. Membaca dalam arti yang luas: mengkaji, menggali, menganalisis, memberdayakan, membandingkan dengan negara lain dan seterusnya. Hanya dengan membacalah berbagai potensi itu akan kelihatan nyata. 

Apa yang terjadi dengan dasar pijakan pengembangan human capital di Indonesia? tidak link-match-nya dasar pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kita lakukan dengan ketersediaan potensi keunggulan alam yang ada. Berapa banyak sekolah di Sumatera yang menyadari pentingnya memasukan materi perikanan, perkebunan, atau kehutanan? Berapa banyak sekolah di Jawa yang menerapkan kurikulum wajib untuk mendalami persoalan pertanian atau kelautan? tidak adanya pembekalan knowledge dan skill yang sangat terbatas atau diperoleh secara turun temurun. 
Peter F Drucker (1997), sosol yang kerap disebut guru manajemen, bahwa pengetahuanlah yang membuat orang memiliki banyak pilihan hidup. Jika pengetahuan pengelolanya tidak ditingkatkan, mana mungkin ada pilihan-pilihan lain yang lebih progresif dalam pengelolaannya atau ada pilihan lain yang lebih membuka mata. Karena pengetahuannya statis, akhirnya para petani turun statusnya, dari pemilik lahan pertanian menjadi buruh tanam. Para petani kita termasuk penduduk yang tergolong miskin. Jika setiap orang bekerja dengan cara yang sama atau dengan alat yang sama, pasti hasilnya tidak akan berbeda. Ada masalah mindset atau kultur dukungan pemerintah (external support). Generasi muda seolah-olah sudah dibentuk oleh mindset tertentu bahwa dengan kembali pada pengembangan sektor berbasiskan keunggulan alam setelah belajar akademik itu kurang membanggakan. Lebih memilih kerja kantoran.

Referensi:
Suparno,Erman. 2009. National Manpower Strategy (Strategi Ketenagakerjaan Nasional) Sebuah Upaya Meraih Keunggulan Kompetitif Global. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

*Tugas softskills 5

Comments

Popular posts from this blog

Test EY Indonesia | Pengalaman Psikotest di EY 2019 (Ernst and Young)

Pada tanggal 14 Januari 2018, ada email untuk undangan test di EY yang isinya sebagai berikut: Dear Applicant, Thank you for your interest in joining  EY   Indonesia . With respect to your application, we would like to invite you for a preliminary assessment with details as follows: Position             Assurance – Junior Auditor Day/Date          Wednesday, 16 January 2019 Time                  9:00 AM Venue                EY   Indonesia  -  Indonesia  Stock Exchange  (Bursa Efek  Indonesia ) Building                            ...

Analisis RegresiI Berganda - Uji Prasyarat Analisis Jalur ( Path Analysis )

Uji Prasyarat dilakukan sebagai sebuah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum suatu analisis diterapkan pada sebuah data. Sebagai contoh, uji asumsi klasik merupakan persyaratan untuk analisis regresi linear berganda. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, linearitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas adalah uji prasyarat untuk analisis regresi linear berganda. Namun, artikel ini tidak akan membahas lebih dalam tentang uji prasyarat regresi ganda tersebut karena memang sudah banyak artikel di blog atau website lain yang membahas tentang hal tersebut. Artikel ini akan membahas tentang  Uji Prasyarat untuk Analisis Jalur ( Path Analysis ) . Harapannya dengan artikel ini, dapat membantu mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi atau tesis kuantitatif dan menggunakan analisis jalur. Pembahasan ini dimulai dari pernyataan Imam Ghozali dan Fuad (2008) bahwa asumsi yang paling fundamental dalam analisi...

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Akuntan Publik dalam Menjaga Profesionalitasnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUNTAN PUBLIK DALAM MENJAGA PROFESIONALITASNYA          Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dalam Wahyudi : 2006) dan (Lekatompessy 2003). Menurut Messier (2001:375) profesionalisme (professionalism), didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu profesi atau orang-orang professional.          Sebagai seorang profesional, Akuntan Publik mempunyai tanggung jawab dan peran penting dalam masyarakat. Profesionalisme yang meliputi kemampuan penguasaan baik secara teknis, maupun secara teoritis bidang keilmuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan tugasnya...